makalah kecelakaan pesawat
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Kasus kecelakaan pesawat terbang yang terjadi telah
menyita perhatian masyarakat luas, karena selain interval waktu yang berdekatan
dan melanda hampir seluruh maskapai penerbangan, juga yang paling menyorot
perhatian publik adalah timbulnya korban jiwadalam kecelakaan tersebut.
Kepercayaan masyarakat atas kenyamanan dan keselamatan dalam penggunaan moda
transportasi udara tersebut semakin berkurang, meskipun kebutuhan atas
penggunaannya sangat tinggi.
Perusahaan penerbangan selaku operator, oleh
masyarakat dianggap lalai dan tidak profesional dalam pengelolaan perusahaan,
disisi lain Pemerintah selaku regulator juga dianggap lamban dalam mengambil
tindakan atas kondisi yang terjadi di lapangan serta tidak memiliki ketegasan dalam
Pengaturan atas perusahaan-perusahaan penerbangan yang tidak memenuhi standar
keselamatan.
Secara garis besar, hal ini menunjukkan bahwa
pengelolaan sektor penerbangan terkait kualitas dari sumber daya manusia
operator penerbangan dan pembuat regulasi sangat rendah. Lemahnya kualitas
sumber daya manusia itu menjadi bahaya laten dalam industri penerbangan.
Kelemahan itu diduga merupakan tindakan melanggar hukum dan atau tidak sesuai
dengan norma etika kerja dari industri penerbangan secara mayoritas.Kondisi kritis
pada sektor penerbangan terjadi karena para pengelola di tingkat regulator dan
operator bukanlah merupakan orang-orang profesional yang lebih mengutamakan
keselamatan dan keamanan umum daripada kepentingan kelompok-kelompok tertentu
yang sangat diuntungkan oleh regulasi penerbangan yang ada.
Pelanggaran hampir terjadi di semua level, baik di
tingkat manajemen perusahaan maskapai, regulator, awak pesawat, maupun operator
di lapangan. Kurangnya sikap profesionalisme tersebut membahayakan keselamatan
pengguna jasa penerbangan, rendahnya sumber daya manusia industri penerbangan
itu sebagai akibat dari penyederhanaan kebijakan (deregulasi) industri
penerbangan.Pemerintah diharapkan dapat merespon kondisi tersebut dengan
membentuk dan/atau melakukan pembenahan atas regulasi yang berkaitan dengan
penerbangan sehingga moda transportasi tersebut dapat memberikan keamanan dan
kenyamanan.
2.
RUMUSAN MASALAH
A.
Apa itu kecelakaan pesawat ?
B.
Bagaimana bisa manusia menjadi
faktor penyebab terjadinya kecelakaan pesawat ?
C.
Apakah keadaan cuaca berpengaruh
pada dunia penerbangan ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENYEBAB KECELAKAAN PESAWAT
Penyebab kecelakaan pesawat biasanya diakibatkan oleh
beberapa faktor , diantaranya yaitu: faktor manusia dan faktor cuaca .kecelakaan
penerbangan di Indonesiayang masuk kelompok serius insiden lebih tinggi dari
pada kelompok accident. Hal ini merupakan masalah yang cukup rumit. Mekanisme
penyelidikan yang dilakukan KNKT menggunakan pedoman berdasarkan pada peraturan
nasional dan internasional yang konsisten. Tujuan tunggal penyelenggaraan penyelidikan
kecelakaan oleh KNKT adalah mencari setiap penyebab yang berpengaruh terhadap
terjadinya kecelakaan.
Selanjutnya hasil dari penyelidikan ini dapat
dipergunakan untuk meningkatkan kondisi dan tindakan keselamatan penerbangan
guna mencegah kecelakaandengan penyebab yang sama dikemudian hari. Berdasarkan
uraian tersebut maka rekomendasi yang diberikan KNKT adalah tidak komprehensif,
hanya berdasarkan atas dasar tiap kejadian, padahal kecelakaan pesawat terbang
yang paling penting adalah dengan mengungkap kondisi “Latent/tersembunyi” yang
harus diungkap, maka analisis yang komprehensif diperlukan untuk mengamati akar
permasalahan yang paling dalam.
Tujuan penyelenggaraan penerbangan nasional dalam
Undang-undangNomor Tahun 2009 tentang Penerbangan diantaranya adalah mewujudkan
penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, nyaman, dengan
harga wajar dan menghindari praktek persaingan usaha yang tidak sehat.
Penyelenggaraan yang selamat dan aman diatas, merupakan jaminan terpenting
dalam penerbangan, ini mengingat akan bahaya dan kecelakaan yang mudah
ditimbulkan oleh penggunaan suatu pesawat udara.Dari 10 negara di ASEAN, level
keselamatan penerbangan Indonesia berada di posisi terakhir. Poin yang dinilai
dalam audit ini mulai dari kondisi regulator, lisensi, operasional,
kebandarudaraan, navigasi udara, penanganan kecelakaan, hingga kelengkapan
penerbangan.
Hal sama dikeluarkan oleh otoritas penerbangan Amerika
Serikat, Federal Aviation Administration(FAA). FAA memberi peringkat level 2
atau di bawah standar untuk kategori International Aviation Safety Assessment (IASA)
kepada Indonesia. Sementara menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan pada Pasal 1, Ayat 48 menyatakan bahwa “Keselamatan Penerbangan
adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan
wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, navigasi penerbangan, serta
fasilitaspenunjang dan fasilitas umum lainnya.” Berkaitan dengan ini berarti
tingkat keselamatan penerbangan dapat dicapai hanya dengan berfungsinya semua bagian
dari industri penerbangan.
Berdasarkan
beberapa uraian tersebut di atas, maka penting sekali melakukan penelitian
“Analisis Kecelakaan Penerbangan di Indonesia untuk Peningkatan Keselamatan
Penerbangan”, sehingga dalam kurun waktu mendatang peringkat keselamatan
penerbangan di Indonesia dapat naik dan dapat mempertahankannya.
Kecelakaan PenerbanganBerdasarkan International
Investigation Standards Annex 13-Aircraft Accident and Incident Investigation,
tenth Edition-July 2010,incorporating Amendment 14 and supplement, Undang–Undang
Nomor: 1Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
nomor 62 Tahun 2013, tentang Investigasi KecelakaanTransportasi, Pasal 9 menyatakan
bahwa Kecelakaan Pesawat Udara dapat terdiri atas: a.Pesawat Udara yang jatuh
pada saat tinggal landas, lepas landas, atau selama penerbangan;
a.
Tabrakan antar Pesawat Udara atau
antar Pesawat Udara dengan fasilitas dibandar udara;
b.
Pesawat Udara yang hilang atau tidak
dapat diketemukan; dan/atau;
c.
Pesawat Udara yang mengalamiKejadian
Serius (serious incident).
Pada penelitiannya(Sentot S., 2012) menyatakan bahwa:
insiden (incident) dapat berupa sebagai suatu kejadian yang hampir atau nyaris
(near-miss) menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan. Dengan melihat definisi
dari accident(kecelakaan) dan incident(insiden) yang dijelaskan diatas, maka
dapat disimpulkan dengan tujuan untuk memudahkan pengertian dari kedua istilah
tersebut diatas. Kesimpulannya adalah sebagai berikut:
a.
Accidentdan incidentmerupakan
kejadian yang tidakdiinginkan atau tidak direncanakan.
b.
Accident dan incidentdisebabkan oleh
banyak faktor dan memiliki urutan kejadian yang memberikan dampak atau efek
berupa: injury, disease, damage, near miss dan loss.
c.
Semua kecelakaan (accident) dapat
dikatakan sebagai incident(insiden)
d.
Semua insiden (incident) tidak dapat
dikatakan sebagai kecelakaan (accident)
e.
Semua injurydiakibatkan oleh
terjadinya accident(kecelakaan)
f.
Semua kecelakaan (accident) tidak
selalu menghasilkan injury
Hazard adalah faktor intrinsik yang melekat pada
sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai potensi menimbulkan efek
kesehatan maupun keselamatan pekerja serta lingkungan yang memberikan dampak
buruk. Hazard keselamatan dan kesehatan adalah setiap kondisi atau perilaku di
lingkungan penerbangan yang sendirian atau bersama sama dengan variabellain
berpotensi dapat menimbulkan penyakit akibat kerja atau kecelakaan. Dalam
kesehatan kerja pengertian hazardidentik dengan faktor risiko yakni kondisi
atau perilaku yang mengandung probabilitas bagi timbulnya penyakit dan
kecelakaan.
Risiko (risk) adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul
dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi atau dengan kata lain resiko
adalah probabilitas kerusakan atau kerugian dari bahaya yang melekat pada
spesifik individu atau kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut.Risiko
merupakan akumulasi dari potensi hazard, konsekuensi yang diakibatkanya, durasi
pemaparan dan probabilitas yang ditimbulkanya.
Beberapa aspek yang dapat dipertimbang kanterhadap
adanya resiko yaitu; variasi kerentanan individu, jumlah orang yang
terpajan,frekuensi pemajanan, derajat resiko individu, kemungkinan eliminasi
dan substitusi, kemungkinan pencapaian suatu keadaan yang aman, public opinion,
pressure groupdan social responsibility. Ada 3 aspek utama terhadap kecelakaan
(accident) yaitu:
a.
Keadaan apapun yang membahayakan
pada tempat kerja mupun dilingkungan kerja. Bahaya ini untuk manusia menimbulkan
cedera (injury) dan sakit (illness).
b.
Cedera dan sakit adalah hasil dari
kecelakaan akan tetapi kecelakaan tidak terbatas pada cedera atau sakit saja.
c.
Jika dalam suatu kejadian
menyebabkan kerusakan atau kerugian (loss) tetapi tidak ada cedera pada
manusia, hal ini termasuk juga kecelakaan. Kecelakaan dapat menyebabkanbahaya
pada orang, kerusakan pada peralatan atau barang dan terhentinya proses
pekerjaan.
Saat ini Dirjen Perhubungan Udara mempunyai State
Safety Pr ogram(SSP) yaitu sebuah program yang bertujuan untuk mempromosikan
pencegahan kecelakaan dengan analisis data kecelakaan dan insiden dan didukung
oleh pertukaran informasi yang cepat. Program ini juga telah disahkan dalam
Undang-undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Tetapi sangat disayangkan,
program ini belum berjalan optimal, karena tidak bersifat aktif dalam
penyampaian informasi, baik informasi tentang keselamatan dan keamanan pada
industri penerbangan. Salah satu alasan kepasifan sistem SSP adalah kurangnya
integrasi data dari pemangku kepentingan terdekat dengan pengguna yaitu
operator.
Operator dapat bertindak sebagai data collector tetapi
proses integrasi data rentan terhadap isu interoperabilitas sistem dan keamanan
data. Proses integrasi yang dilakukan mempertimbangkan faktor heterogenitas
sistem. Operator mengembangkan aplikasi pada platformyang berbeda-beda dan
bahasa pemrograman yang berbeda-beda pula, sehingga sangat perlu untuk membuat
kesepakatan (standar)yang diterima dari providerke consumer. Standar ini
tertuang dalam sebuah protokol web servicebaik Simple Object Access
Protocol(SOAP) atau Restfull.
2.
KECELAKAAN PESAWAT YANG DISEBABKAN
OLEH FAKTOR MANUSIA
Pada setiap
terjadinya kecelakaan pesawat terbang, semua orang akan segera bertanya, apa
gerangan yang menjadi penyebabnya./? Sebagai produk dari sebuah
hasil teknologi mutakhir, konon pesawat terbang adalah moda transportasi yang
paling aman di dunia. Masalahnya adalah mengapa kecelakaan kerap terjadi
juga?
Mungkin tidak begitu banyak yang memahami bahwa pada
setiap produk teknologi mutakhir ada sebuah mekanisme yang harus dikerjakan
dalam pengoperasiannya. Mekanisme yang tidak bisa ditawar-tawar atau di
kompromikan sekecil apapun. Itu sebabnya maka dalam dunia
penerbangan tuntutan akan kepatuhan terhadap aturan ketentuan regulasi dan
prosedur tidak mengenal kompromi. Begitu ada ketentuan, prosedur atau
regulasi yang dilanggar, maka hal itu sudah cukup memberikan peluang besar bagi
datangnya musibah alias kecelakaan yang sangat tidak kita inginkan. Beberapa manusia
yang dapat menjadi penyebab kecelakaan
pesawat.
A.
PILOT
Pekerjaan
pilot menuntut ketelitian dan tidak dapat mentolerir terjadinya kesalahan saat
bertugas. Dapat Anda bayangkan, mengendarai kendaraan di darat saja membutuhkan
konsentrasi, apalagi mengendarai kendaraan seperti pesawat yang terbang di
udara.
Setiap kali
seseorang menaiki pesawat terbang nyawa mereka 'bergantung' pada ketelitian dan
keandalan pilot dalam mengendalikan burung besi -selain faktor teknis dan
cuaca. Belum lagi dengan adanya fakta bahwa beberapa kecelakaan pesawat terjadi
akibat kesalahan dan kelalaian manusia.Beberapa kecelakaan pesawat yang
disebabkan oleh kesalahan pilot :
Pesawat
Aeroflot dengan nomor penerbangan 593 yang bertolak dari Moskow menuju Hong
Kong pada 1994, mengalami kecelakaan dan mengakibatkan 75 penumpang
tewas.Aeroflot jatuh di Siberia akibat kesalahan yang dilakukan oleh pilot
pendamping, Yaroslav Kudrinsky, membiarkan anaknya bermain dengan kontrol
pesawat.Kecelakaan maut yang terjadi pada 23 Maret 1994 tengah malam itu terjadi
saat Kudrinsky mengizinkan anaknya Yana (12) dan Eldar (15) masuk ke dalam
kokpit.Kedua remaja itu diizinkan duduk di kursi kapten dan bermain dengan
kontrol yang seharusnya berada dalam mode auto pilot.
Namun ketika
Eldar memegang kolom kontrol kecepatannya menurun hingga 30 detik dan
menyebabkan sistem kembali manual.Ketika pilot dan kopilot kembali ke dalam
kokpit dan memegang kendali, semuanya telah terlambat. Airbus A310
jatuh dan menabrak gunung di Siberia, membunuh semua penumpang di dalam
pesawat.
2.
Salah tekan tombol
'Wo, tarik
kembali, katup penutup (throttle) yang salah'. Itu adalah kalimat
terakhir yang terdengar dari pilot TransAsia dengan nomor penerbangan 234,
sebelum pesawat itu menghantam jembatan tol Taiwan pada 4 Februari 2015.Menurut
laporan dari Taiwan's Aviation Safety Council, burung besi itu baru saja lepas
landas dari Bandara Songshan Taipei, ketika salah satu mesin pesawat tidak
bekerja.Tanpa sengaja pilot mematikan mesin, seharusnya hidup, dengan menarik
katup penutup yang salah.Kelalaian tersebut membuat pesawat menghantam daratan,
meluncur, dan masuk ke dalam Sungai Keelung.Kecelakaan tersebut ,menewaskan 43
dari 58 orang, termasuk pilot, yang berada di dalam TransAsia.
3.
Pilot pasrah
Pada Maret
2009 pilot dan kopilot Tuninter dengan nomor penerbangan 1153, dijatuhi hukuman
10 tahun penjara, akibat kelalaiannya yang menyebabkan 16 penumpang tewas. Kapten
Shafik Al Gharbi dan Ali Kebaier Lassoued dituduh menyebabkan pesawat yang
mereka kendarai jatuh di Laut Mediterania pada 2005, akibat memilih untuk
berdoa dan tidak mengikuti prosedur darurat. Kala itu Tuninter kehabisan bahan
bakar akibat adanya kesalahan mesin dan meluncur cepat menuju lautan.
Pada saat
rekaman kokpit diputar, Gharbi dapat didengar menyebutkan nama Tuhan, untuk
meminta tolong.Ada bukti yang menyatakan bahwa awak kabin mencoba untuk
melakukan beberapa penanganan situasi darurat, namun akhirnya mereka panik dan
pasrah.Kecelakaan pesawat yang bertolak dari Djerba, Tunisia, menuju Bari,
Italia itu mengakibatkan 16 penumpang tewas, sementara 23 penumpang lainnya
berhasil selamat setelah burung besi mendarat di laut.
4.
Salah paham
Kecelakaan
itu 'merajai' insiden paling mematikan dalam sejarah penerbangan, dan menewaskan
583 orang.Pada Maret 1977 dua buah pesawat Boeing 747, KLM Flight 1736 dan Pan
AM Flight 1736, bertabrakan di landasan Bandara Tenerife.Kecelakaan maut
tersebut terjadi akibat adanya kesalahpahaman antara kru KLM dengan
petugas kontrol bandara.Petugas landasan bandara bermaksud memberitahukan bahwa
Pan Am masih berada di lintasan, ketika KLM melakukan lepas landas.
Tebalnya
kabut kala itu membuat kedua pesawat tak bisa melihat apa yang ada di hadapan
mereka.Akibatnya, tabrakan tak terelakkan dan seluruh 248 penumpang dan awak
kabin yang berada di KLM tewas.Begitu juga dengan 326 penumpang dan 9 awak
kabin yang berada di dalam Pan Am.Sekitar 54 penumpang lainnya, termasuk 7 kru
dan kapten, selamat dari insiden maut tersebut.
5.
Harga diri yang hilang
Pesawat
Airblue Flight 202 mengalami kecelakaan di dekat Islamabad, Pakistan, pada 28
Juli 2010, dan menewaskan 146 penumpang dan 6 awak kabin.Kecelakaan itu diduga
dapat dicegah apabila kopilot 'berani' mengubah kesalahan yang telah
berkali-kali dilakukan oleh kapten pesawat.Namun karena hinaan yang sering
didapatkan dari sang pilot, kopilot merasa kehilangan 'harga diri' dan tak
berani melawannya
.Pilot
senior itu dituduh beberapa kali berbicara dengan nada keras, sombong, dan
menentang, kepada asistennya selama terbang.Dia juga dituding mengabaikan
peringatan cuaca dari Air Traffic Control, dengan mengatakan 'biarkan mereka
mengatakan apa yang diinginkan'.Kopilot tak berani menentang seniornya dan
menyebabkan pesawat kesulitan dalam cuaca buruk. Pilot panik dankehilangan
kendali dan mengakibatkan pesawat menabrak Bukit Margalla.
6. Mengabaikan Salju
Pada 13
Januari 1982 pilot pesawat Air Florida dengan nomor penerbangan 90, bertolak
dari Washington DC menuju Fort Lauderdale, FLorida, melakukan banyak kesalahan
sebelum burung besi yang dikendalikannya mengalami kecelakaan.Salah satunya
adalah kegagalannya untuk mengaktifkan sistem de-icing -- pembersihan
salju -- pada mesin atau pun sayap pesawat.
Tidak hanya
lepas landas dalam keadaan badai salju, kru juga keliru menggunakan pendorong
es mereka untuk melelehkan salju.Selain itu pilot juga mengabaikan peringatan
masalah pada mesin dan tetap memilih untuk melanjutkan lepas landas.Pesawat
kemudian mengalami kecelakaan di Sungai Potomac, hanya 30 detik setelah lepas
landas dan mengakibatkan 74 orang di dalam pesawat dan 4 warga di daratan
tewas.
7. Sibuk Memeriksa Kebakaran
Pada 29
Desember 1972 jet Eastern Airlines Tristar mengalami kecelakaan setelah
menabrak Florida Everglades.kejadian tersebut mengakibatkan 101 orang di dalam
pesawat, termasuk kapten pilot, tewas. Sementara 75 orang lainnya
selamat.Kecelakaan tersebut terjadi akibat pilot dan kopilot meninggalkan
kontrol, untuk memeriksa ada kebakaran di kabin atau tidak. Mereka merasa
terganggu dengan indikator lampu kebakaran yang terus menyala, dan memutuskan
untuk memeriksanya.
Saat
meneliti lampu indikator roda mendarat yang rusak, seseorang tanpa sengaja
menekan kontrol yang membuat autopilot menjadi tidak aktif. Akibatnya
pesawat kehilangan kendali dan pada saat pilot dan kopilot kembali ke kontrol,
pengatur ketinggian pesawat telah turun.Pesawat itu akhirnya menabrak taman
nasional Florida Evergaldes.
B.
OPERAOR GROUND HANDLING
Ground handling atau
penanganan pesawat saat di darat meliputi proses yang cukup panjang. Yaitu
mulai dari penanganan penumpang untuk lapor diri (check-in) sampai
kemudian penumpang memasuki pesawat dan pintu ditutup. Selain penumpang,
penanganan ini juga untuk barang bawaan, kargo dan pesawatnya itu sendiri.
Seperti misalnya pembersihan kabin pesawat, mendorong pesawat untuk parker atau
keluar dari parker, penanganan bagasi untuk kargo, dan barang bawaan penumpang.
Keberhasilan tugas ground handling ini berkaitan
dengan banyak hal. Yaitu kuantitas dan kualitas suber daya manusia, peralatan
yang dipakai dan proedur tandar operasi yang dipakai.
Kuantitas atau jumlah petugas yang menjalankan tugas harus
cukup dan disesuaikan dengan besar kecil-nya pesawat serta tugas yang
dijalankan, juga disesuaikan dengan peralatan yang dipakai. Jika peralatannya sangat
mendukung, bisas saja petugasnya dikurangi.
Memang tidak ada ketentuan tentang berapa jumlah ideal
petugas serta peralatan yang harus dipakai untuk menangani sebuah pesawat. Yang
bisa dijadikan patokan adala prosedur standar operasi. Dari situ bisa
ditelusuri berapa petugas dan peralatan apa saja yang harus dipakai.
Karena tidak ada standar yang pasti itu, idealnya halus
dilakukan audit kerja untuk sebuah unit ground handling. Dengan
peralatan dan petugas yang dimiliki haarus bisa menjalankan prosedur standar
operasi dengan aman dan selamat. Setelah audit itu, petugas yang lolos harus
mendapat setifikat. Audit ini juga harus dilakukan secara berkala untuk
penyegaran.
Dengan adanya audit dan sertifikat ini, nscaya kepercayaan
maskapai kepada ground handling-nya akan tinggi. Dan ini bisa
dipromosikan kepada penumpang bahwa keamanan dan keselamatan mereka di darat
pun akan terjamin.
GANGGUAN DI GROUND HANDLING
Sayangnya pekerjaan ground handling sering terganggu
hal-hal di luar kekuasaanya. Misalnya saja arsitektur bandara yang tidak
mendukung, kedisiplinan penumpang serta pandangan maskapai yang menggunakannya.
Karena sifat kerjanya yang sebagian tidak berkaitan langsung dngan penumpang, ground
handling saat ini seperti tidak terperhatikan.
Tugas ground handling bisa terganggujika pesawat
terlambat datang serta penumpang tidak disiplin memisahkan barang bawaan di
kabin dan bagasi. Di samping itu kompensasi yang diberikan oleh maskapai yang
memakai jasanya juga berpengaruh. Jika kompensasi yang diberikan maskapainya
rendah bisa jadi petugasnya bekerja setengah hati.
Biaya ground handling memang paling sering dipangkas
duluan saat sebuah maskapai berusaha menghemat biaya. Misalnya saja maskapai
yang menggunaka konsep biaya rendah. Hal ini karena ground handling dianggap
tidak mempunyai kaitan dengan keamanan dan keselamatan penerbangan. Ground
handling lebih dikaitkan dengan unsure pelayanan.misalnya pelayanan pada
saat check-in, pelayanan bagasi dan penanganan penumpang di ruang
tunggu. Demi menjaga imej ketepatan waktu dan efisiensi, maskapai biaya rendah
bahkan member tenggat waktu tertentu untuk ground handling.
jika demikian seharusnya
ada timbale balik antara petugas ground handling denganmaskapai yang
memakainya. Petugas ground handling harus meningkatkan
profesionalitasnya, maskapai juga harus memperlakukannya secara layak. Dan
pandangan yang menomorduakan ground handling harus disingkirkan. Karena
nyatanya ground handling juga berkaitan dengan keselamatan penerbangan.
Berikut beberapa kecelakaan pesawat yang disebabkan oleh operator ground
handling
1.
Kesalahan menutup pintu kargo
Turkish Airlines penerbangan nomor 981adalah contoh akurat
tentang bagaimana peran petugas darat dalam hal keselamatan penerbangan.
Penerbangan dari Istanbul, Turki menuju Paris dan kemudian diteruskan ke London
pada 3 Maret 1974 itu akhirnya berakhir celaka sesaat setelah keluar Paris.
Pintu kargo bagian belakang terlepas. Menyebabkan dekompresi dan memutus
kabel-kebel control pesawat. Pilot kehilangan control atas pesawat sehingga
pesawat kemudian jatuh menukik. Semua penumpang dan awak pesaat McDonnel
Douglas DC-10 yang berjumlah 346 ditemukan tewas.
Hasil investigasi menyebutkan, ada kesalahan prosedur dalam
menutup pintu kargo. Petugas ground handling yang berkebangsaan Maroko
ternyata tidak bisa membaca petunjuk yang berbahasa Turki dan Inggris. Petugas
tersebut mengaku sudah menutup pintu kargo. Namun karena prosedur yang dijalani
kurang,menyebabkan pintu kargo tidak menutup secara sempurna. Saat mendapat
tekanan pada waktu pesawat terbang, pintu kargo pun jebol.
2.
Pesawat mengalami overload
pesawat Boeing B737-200 yang dioperasikan Mandala,
mengalami kecelakaan di kota Medan. Ada rumor bahwa pada saat itu kargo pesawat
dipenuhi buah durian yang dibawa salah seorang pejabat setempat. Saking
banyaknya durian yang dibawa sehingga pesawat mengalami overload.
Hasil investigasi KNKT tidak menyebutkan hal tersebut,
namun di tempat kejadian ditemukan banyak sekali buah durian baik yang masih
utuh maupun yang sudah hangus terbakar. Aromanya bercampur baur dengan bau
avtur bahkan tidak hilang sampai keesokan harinya.
Rumor yang tidak bias dipertanggungjawabkan itu memang
menggelitik. Dan pada ujungnya tersimpul tentang penanganan pesawat sebelum
terbang. Yaitu bagaimana tentang prosedur pemasukkan kargo di pesawat. Adakah
prosedur yang dilanggar karena ada permintaaan dari pihak tertentu?
3.
Petugas ground handling salah mengkalkulasi jarak antar pesawat
Kejadian yang cukup sering terjadi di bandara Indonesia
adalah tabrakan antarpesawat atau pesawat dengan mobil groung handling di
apron bandara. Kejadain terbaru pada 24 Agustus 2012 di apron bandara
Soekarno-Hatta. Sayap pesawat Boeing 737-900ER Lion Air menyenggol ekor pesawat
milik Airfat. Saat itu pesawat Lion Air sedang ditarik oleh petugas darat untuk
dilakukan pengecekan. Petugas salah mengkalkulasi jarak antar pesawat sehingga
terjadi senggolan yang mengakibatkan dua pesawat rusak.
4. Kurang telitinya petugas mengkalkulasi
jarak pesawat
Peristiwa serupa juga pernah terjadi pada 10 April 2011.
Saat itu ekor pesawat milik Kalstar menyenggol ekor pesawat milik Wings. Begitu
pula pada Februari 2007 saat pesawat milik Garuda menyenggol pesawat milik
Saudi Airlines. Kedua peristiwa itu juga terjadi di bandara Soekarno-Hatta.
Di bandra lain yang sibuk seperti bandara Ngurah Rai, Bali
juga pernah terjadi kejadian serupa. Yaitu saat pesawat Garuda disenggol mobil
pengangkut catering pada 25 Februari 2008.
Semua kejadian senggolan tersebut mengakibatkan kerusakan
cukup parah yang langsung bisa terdeteksi. Sehingga pesawat langsung bias
ditarik untuk menjalani perawatan. Bagaimana halnya jika kerusakannya tidak
terdeteksi pada saat itu? Tentu akibatnya sangat berbahaya jika kemudian
kerusakan itu menjadi nyata ketika pesawat terbang. Pesawat tersebut bias saja
mengalami kecelakaan dan jatuh.
C.
PETUGAS AIRLINE
Kecelakaan yang di sebabkan oleh petugas airline bisa
dilihat dalam kecelakaan Air Asia yang
terjadi beberapa waktu yang lalu. Di awal saat terjadinya kecelakaan,
karena lokasi dan waktu itu memang sedang berada dalam keadaan cuaca yang
kurang bagus, maka dengan cepat berkembang persepsi bahwa kecelakaan terjadi
karena faktor cuaca. Satu kesimpulan yang dikenal sebagai
kesimpulan yang “jump to conclusion”. Karena pada hakikatnya sebuah
kecelakaan pesawat terbang tidak akan pernah diketahui apa yang menjadi
penyebabnya, sebelum proses investigasi selesai dilakukan.
Pada pengumuman resmi dari KNKT (Komite Nasional
Keselamatan Transportasi) tanggal 1 Desember 2015 yang lalu, kemudian
disebutkan secara gamblang bahwa komponen yang cacat merupakan faktor utama
penyebab kecelakaan pesawat terbang Air Asia. Dalam uraian lainnya
disebutkan bahwa dalam investigasi kecelakaan pesawat terbang Air Asia QZ8501,
KNKT menemukan adanya kerusakan berulang pada Rudder Travel Limiter (RTL),
bagian dari alat kemudi pesawat. Bahkan tercatat, 23 kerusakan sepanjang
Januari-Desember 2014.
Sistem perawatan
pesawat di Air Asia ternyata belum memanfaatkan Post Fligh Report (PFR) secara
optimal, sehingga gangguan pada RTL yang berulang tidak terselesaikan secara
tuntas.Dalam konteks ini, dijelaskan lebih lanjut oleh KNKT bahwa kemudian
pihak Air Asia telah melakukan 51 tindakan perbaikan atas kejadian QZ8501
itu. Rinciannya adalah 22 tindakan di bidang operasi, personel
safety dan management system, diikuti pula dengan 11 prosedur
perawatan pesawat, prosedur pemanfaatan PFR serta 18 peningkatan kemampuan
dibidang meteorologi. Secara keseluruhan AirAsia telah melakukan 51
tindakan perbaikan (corrective action) atas kejadian musibah
penerbangan QZ8501.
Jadi jelas sekali disini adanya kelalaian pihak Air Asia
yang kemudian berkontribusi dalam faktor utama yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Lebih jauh lagi, karena tujuan
investigasi yang dilakukan oleh KNKT bertujuan agar kecelakaan serupa tidak
terulang kembali, maka dalam pengumuman yang dirilis tersebut KNKT menyampaikan
pula beberapa rekomendasi terkait upaya pencegahan terjadinya kecelakaan.
KNKT merekomendasikan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian
Perhubungan untuk melakukan perbaikan sistem terkait pengoperasian
penerbangan.
Hal itu juga menyangkut pelatihan bagi pilot dalam
menangani situasi tertentu. Penekanan KNKT antara lain adalah:
"Ditjen Perhubungan Udara harus melakukan pelatihan sesuai dengan training
manual."Tidak berhenti pada Maskapai penerbangan Air Asia sebagai operator
dan Kementrian Perhubungan sebagai regulator, KNKT juga menyoroti pihak Pabrik
Pesawat Terbang Airbus. Kepada Pabrik Pesawat Terbang Airbus, KNKT
akan merekomendasikan agar Airbus mewajibkan pilot untuk mengikuti training
recovery dalam upset condition, bagaimana mengembalikan pesawat
yang mengalami kondisi kehilangan daya angkat.
Dari gambaran itu semua, maka jelas sekali bahwa dalam
kasus kecelakaan pesawat terbang Air Asia, KNKT dengan sangat jernih
menyampaikan hasil investigasinya bahwa memang telah terjadi kelalaian
yang telah dilakukan oleh Maskapai Air Asia. Dalam hal ini tentu
saja kelalaian tersebut tidaklah berdiri sendiri, karena ada kontribusi yang
melekat baik dari pihak Kementrian Perhubungan sebagai regulator dan juga pihak
Airbus sebagai pabrik pesawat terbang yang digunakan oleh Maskapai Air Asia.
Dengan contoh dari uraian ini maka sekali lagi menjadi
jelas bahwa dalam mengoperasikan penerbangan yang sangat erat dengan kemajuan
teknologi memang dibutuhkan disiplin yang tinggi dalam mematuhi segala aturan,
ketentuan, regulasi dan prosedur kerja. Sikap taat azas yang
tanpa kompromi adalah merupakan modal dasar bagi dapat terselenggaranya operasi
penerbangan yang aman. Sedikit saja terjadi penyimpangan maka itu
berarti sudah membuka pintu bagi kemungkinan terjadinya kecelakaan.
3.
KECELAKAAN PESAWAT YANG DISEBABKAN
OLEH FAKTOR CUACA
Peran cuaca
dalam penerbangan sangat besar. Cuaca mempunyai dua peran. Disatu sisi
informasi cuaca mempunyai andil dalam peningkatan efisiensi dan efektivitas
kegiatan dan keselamatan penerbangan, di sisi lain mempunyai potensi yang membahayakan
sampai dapat menimbulkan kematian.
Namun
demikian tidak mudah untuk mengatakan cuaca yang mana yang membahayakan, karena
dampak cuaca bergantung pula kepada faktor lain. Khusunya dalam penerbangan,
selain kadar atau intensitas unsur cuaca, jenis pesawat, kondisi pesawat, dan
posisi penerbangan juga merupakan faktor yang menentukan sensitifitasnya
terhadap cuaca.
Misalnya
angin silang (cross wind) di landasan terbang yang bekecepatan 20 knot, mungkin
dapat menimbulkan bahaya bagi pesawat kecil yang melakukan pendaratan, tetapi
tidak ada pengaruhnya bagi pesawat terbang besar dan modern.
Dari posisi
terbang, angin 20 knot pada paras penerbangan 30.000 kaki tidak terasakan bagi
pesawat besar yang terbang pada paras tersebut, tetapi bila terjadi pada paras
rendah sangat berarti bagi pesawat terbang kecil yang terbang pada paras
tersebut. Beberapa faktor cuaca yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan
pesawat.
A.
CUACA BURUK
Cuaca buruk yang dalam Bahasa Inggris
disebut Heavy/Bad Weather umumnya didefinisikan sebagai cuaca dengan
angin yang sangat kencang (extreme wind) dibarengi dengan laut yang
berombak sangat besar. Terbentuknya lapisan es di atas dek juga dirujuk sebagi
cuaca buruk meskipun dalam hal ini faktor yang terkait adalah lebih kepada suhu
dibawah nol daripada kekencangan angin.contoh kecelakaan yang disebabkan oleh
cuaca buruk:
1.
Kecelakaan AirAsia QZ8501
Belum diketahui secara pasti. Diketahui, sang pilot saat
itu melaporkan akan menghindari awan Cumulonimbus (Cb) dengan berbelok ke arah
kiri dan kemudian minta izin untuk menaikkan ketinggian pesawat dari 32.000
kaki menjadi 38.000 kaki. Beberapa saat kemudian, pesawat hilang kontak.
"Analisis awal menunjukkan bahwa pesawat kemungkinan
telah terbang masuk ke dalam awan badai. Fenomena cuaca yang paling
memungkinkan adalah terjadinya icing yang dapat menyebabkan mesin pesawat
mengalami kerusakan karena pendinginan," demikian penjelasan analisis yang
dilakukan Kepala Penelitian dan Pengambangan Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG) Prof Edvin Aldrian, dan timnya yakni Ferdika Amsal, Jose Rizal,
dan Kadarsah.
Namun demikian, BMKG
menegaskan bahwa, "hal ini hanyalah salah satu analisis kemungkinan yang
terjadi berdasarkan data meteorologis yang ada, dan bukan merupakan keputusan
akhir tentang penyebab terjadinya insiden tersebut." Dijelaskan bahwa
kecelakaan akibat gangguan awan badai pernah terjadi sebelumnya.
2.
Kecelakaan Garuda Indonesia
Airlines 421, 16 Januari 2002.
"Garuda Indonesia Airlines dengan nomor penerbangan
421, sebuah Boeing 737-300 dengan registrasi PK-GWA mengalami dual-engine
flameout (power loss) akibat mencoba menghindari awan badai," papar BMKG
dalam penjelasan yang dirilis pada 4 Januari 2015 lalu. Pesawat kemudian
mendarat darurat di Sungai Bengawan Solo, dekat Kota Solo, Jawa Tengah.Dari
total 60 orang di atas pesawat, satu awak kabin atau pramugari tewas karena
terseret arus sungai dan 12 penumpang mengalami luka fatal dan 10 penumpang
mengalami luka ringan.
Analisis dari data penerbangan digital (DFDR) dan gambar
yang diperoleh dari satelit NOAA-12 menunjukkan bahwa penerbangan pesawat
memasuki daerah dengan cuaca buruk yang disertai badai.Berdasarkan dari
pencitraan satelit, cockpit voice recorders (CVR) atau percakapan di kokpit dan
flight data recorder (FDR) atau rekaman data penerbangan, pesawat pesawat
menuju selatan dan terbang menuju ke celah antara dua badai.
Pilot melaporkan bahwa mereka mencoba terbang di celah
antara dua badai yang dapat dilihat dari radar cuaca pesawat. Setelah 90 detik
memasuki badai, kedua mesin pesawat mati, CVR dan DFDR berhenti merekam karena
kehilangan listrik dari generator yang berada di kedua mesin pesawat. Pilot
mencoba 3 kali menghidupkan kembali mesin pesawat, namun gagal dan memutuskan
untuk melakukan pendaratan darurat di sungai Bengawan Solo.
B.
BADAI TURBULENSI
Turbulensi adalah golakan udara yang umumnya tidak
dapat dilihat. Hal ini dapat terjadi apabila langit cerah dan secara tiba-tiba
tanpa diprediksi sebelumnya .
Penyebab Turbulensi :
a. Suhu
Pemanasan dari matahari menyebabkan masa udara panas
naik dan sebaliknya masa udara dingin turun, turbulensi jenis ini sering disebut
dengan ”turbulensi thermis”.
b. Jet Stream
Pergerakan yang sangat cepat arus udara pada level
ketinggian yang tinggi, dan mempengaruhi udara disekitarnya.
c. Pegunungan
Massa udara yang melewati pegunungan dan mengakibatkan
turbulensi pada saat pesawat terbang diatasnya pada sisi yang lain. Turbulensi
jenis ini sering disebut dengan “turbulensi mekanis”.
d. Wake turbulence
Turbulensi yang terjadi dekat dengan permukaan yang
dilewati pesawat atau helikopter .
Contoh kecelakaan akibat turbulensi :
1.
Pesawat Etihad
Airwayas EY-474
Kasus ini diduga akibat turbulensi disekitar Sumatra bagian
Selatan pada 4 Mei 2016 pukul 13.00-14.00 WIB. Pada ketinggian 37.000 feet,
pesawat mengalami gerak ke atas dan ke bawah. Akibatnya, penumpang yang sedang
tidak berada pada tempat duduk terlempar ke atas dan ke bawah, serta
barang-barang dalam bagasi kabin terlempar berhamburan menimpa penumpang yang
duduk.
Diperkirakan kekuatan goncangan turbulensi ini pada tingkat
severe. Pada level ini, menurut Federal Aviation Adminstration (FAA) pesawat
mengalami perubahan ketinggian dan arah yang besar sehingga pesawat tidak dapat
terkontrol dalam beberapa saat. Selain penumpang dan barang terlempar,
penumpang yang duduk dengan seat belt akan merasakan terjepit parah.
2.
Hongkong Airways
HX-6704
Kejadian ini terjadi di ketinggian sekitar 41.000 kaki.
Turbulensi ini juga diperkirakan dengan kekuatan tingkat severe, tetapi karena
skalanya kecil.
BAB
III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Penyebab
kecelakaan pesawat biasanya diakibatkan oleh beberapa faktor , diantaranya
yaitu: faktor manusia dan faktor cuaca .kecelakaan penerbangan di Indonesiayang
masuk kelompok serius insiden lebih tinggi dari pada kelompok accident.
Pada setiap
terjadinya kecelakaan pesawat terbang, semua orang akan segera bertanya, apa
gerangan yang menjadi penyebabnya./? Sebagai produk dari sebuah
hasil teknologi mutakhir, konon pesawat terbang adalah moda transportasi yang
paling aman di dunia.
Mungkin tidak begitu banyak yang memahami bahwa pada
setiap produk teknologi mutakhir ada sebuah mekanisme yang harus dikerjakan
dalam pengoperasiannya.Itu sebabnya maka dalam dunia penerbangan tuntutan akan
kepatuhan terhadap aturan ketentuan regulasi dan prosedur tidak mengenal
kompromi.
2.
SARAN
Meningkatkan
kapasitas sistem pemandu lalu lintas udara. Salah satunya adalah dengan melakukan pemasangan peralatan radar,
sehingga dalam pelayanan lalu lintas udara menggunakan prosedur radar.
King Casino Login | All your games online and - Community Khabar
BalasHapusLogin herzamanindir.com/ King Casino, Play, and Win! Login King communitykhabar Casino, Play. worrione Login King Casino, Play. Login 토토 사이트 홍보 King Casino, Play. Login poormansguidetocasinogambling.com King Casino, Play. Login King Casino, Play. Login King Casino,